A. SIFAT GELOMBANG
1. Refleksi(Pemantulan)
Gelombang
Pemantulan gelombang merupakan peristiwa pembalikan arah rambat gelombang karena membentur suatu medium yang keras. Pemantulan gelombang ada beberapa macam, diantaranya:
a. Pemantulan Gelombang pada Tali
1) Pada pemantulan gelombang tali dengan ujung terikat, gelombang dipantulkan dengan fase berlawanan.
2) Pada pemantulan gelombang tali dengan ujung bebas, gelombang dipantulkan dengan fase sama.
b. Pemantulan Gelombang pada Perinukaan Air Gelombang yang terbentuk pada permukaan air dapat berupa gelombang lurus atau gelombang lingkaran.
2. Refraksi(Pembiasan) Gelombang
Peristiwa refraksi gelombang terjadi apabila gelombang merambat melewati dua medium yang berbeda kerapatannya, kemudian mengalami pembelokan. Secara umum, persamaan pembiasan gelombang dituliskan sebagai berikut.
Pemantulan gelombang merupakan peristiwa pembalikan arah rambat gelombang karena membentur suatu medium yang keras. Pemantulan gelombang ada beberapa macam, diantaranya:
a. Pemantulan Gelombang pada Tali
1) Pada pemantulan gelombang tali dengan ujung terikat, gelombang dipantulkan dengan fase berlawanan.
2) Pada pemantulan gelombang tali dengan ujung bebas, gelombang dipantulkan dengan fase sama.
b. Pemantulan Gelombang pada Perinukaan Air Gelombang yang terbentuk pada permukaan air dapat berupa gelombang lurus atau gelombang lingkaran.
2. Refraksi(Pembiasan) Gelombang
Peristiwa refraksi gelombang terjadi apabila gelombang merambat melewati dua medium yang berbeda kerapatannya, kemudian mengalami pembelokan. Secara umum, persamaan pembiasan gelombang dituliskan sebagai berikut.
3. Difraksi Gelombang
Ketika sebuah gelombang melewati celah sempit yang lebarnya seorde dengan panjang gelombang dari gelombang tersebut, maka gelombang akan mengalami pembelokan. Peristiwa tersebut disebut dengan difraksi gelombang. Bila celah diperlebar, maka difraksi tidak jelas terlihat, akan tetapi bila celah dipersempit maka difraksi gelombang akan tampak jelas. Dalam hal ini celah bertindak sebagai sumber gelombang berupa titik, dan gelombang yang melalui celah dipancarkan berbentuk lingkaran-lingkaran. Setelah melewati celah sempit, gelombang akan merambat membentuk lingkaran-lingkaran dengan celah sempit sebagai pusatnya.
4. Interferensi Gelombang
Interferensi gelombang merupakan peristiwa perpaduan dua gelombang yang koheren(memiliki frekuensi dan beda fase sama). Dari polanya yang terbentuk, interferensi dibedakan menjadi dua, yakni sebagai berikut.
a. Interferensi Destruktif
Interferensi destruktif merupakan interferensi yang saling melemahkan yang terjadi bila dua buah gelombang tersebut berlawanan fase. Pada saat puncak gelombang dari salah satu sumber gelombang bertemu dengan suatu lembah gelombang dari sumber gelombang lain di suatu titik, maka superposisi antara dua gelombang tersebut akan menghasilkan gelombang yang memiliki simpangan sama dengan nol. Pada interferensi destruktif, selisih jarak atau beda lintasan antara jarak sumber pertama ke titik yang ditinjau dengan jarak sumber kedua ke titik yang sama dinyatakan dengan persamaan berikut.
b. Interferensi konstruktif
Interferensi konstruktif merupakan interferensi yang saling menguatkan yang terjadi apabila dua buah gelombang memiliki fase yang sama. Pada saat dua puncak gelombang atau dua lembah gelombang bertemu pada suatu titik, maka superposisi dari dua puncak gelombang atau dua lembah gelombang tersebut akan menghasilkan gelombang yang memiliki amplitudo dua kali amplitudo masing-masing gelombang sumber. Kedudukan titik-titik interferensi konstruktif ditentukan berdasarkan selisih jarak sumber gelombang pertama ke titik yang ditinjau dengan jarak sumber gelombang kedua ke titik yang sama
5. Dispersi(Penguraian) Gelombang
Dispersi merupakan penyebaran bentuk gelombang ketika merambat melalui suatu medium Dispersi tidak dapat terjadi pada gelombang bunyi yang merambat melalui udara atau gelombang cahaya yang merambat melalui vakum.
6. Polarisasi Gelombang
Polarisasi gelombang merupakan peristiwa dimana sebagian arah getar
gelombang terserap. Polarisasi bisa juga didefinisikan sebagai proses
pembatasan gelombang vektor yang membentuk suatu gelombang transversal sehingga
menjadi satu arah.
B. ORBITAL
IKATAN DAN ANTI IKATAN
Trik Menentukan Orde Ikatan
Senin, 07 Desember 2015
Istilah orde ikatan (bonding order) ini
digunakan dalam teori orbital molekul (molecule orbital theory). Menurut
teori orbital molekul bahwa semua elektron dalam tiap atom dalam molekul turut
terlibat dalam pembentukan ikatan dengan mengisi orbital-orbital, yaitu orbital
molekul ikatan (bonding molecule orbital) dan orbital molekul antiikatan
(antibonding molecule orbital). Berbeda dengan teori ikatan valensi
bahwa dalam pembentukan ikatan antaratom hanya elektron valensi saja. Bagaimana
menentukan orde ikatan suatu molekul atau ion?
Biasanya menentukan orde ikatan suatu molekul atau ion menggunakan rumus ½ dari selisih jumlah elektron dalam orbital molekul ikatan dengan jumlah elektron dalam orbital molekul antiikatan (ditandai dengan *). Tentu saja perlu kecermatan untuk menghitung jumlah elektron pada orbital-orbital molekul itu.
Berikut ini contoh diagram orbital molekul untuk O2, O2–, dan O2–2:
Biasanya menentukan orde ikatan suatu molekul atau ion menggunakan rumus ½ dari selisih jumlah elektron dalam orbital molekul ikatan dengan jumlah elektron dalam orbital molekul antiikatan (ditandai dengan *). Tentu saja perlu kecermatan untuk menghitung jumlah elektron pada orbital-orbital molekul itu.
Berikut ini contoh diagram orbital molekul untuk O2, O2–, dan O2–2:
|
Diagram
Orbital Molekul O2
|
Untuk menentukan orde ikatan perhatikan pada orbital
2p saja, karena di sini jumlah elektron dalam orbital molekul σ1s = σ*1s dan
jumlah elektron dalam orbital molekul σ2s = σ*2s.
Orde ikatan untuk O2 = ½ ( Σ elektron dalam orbital ikatan – Σ elektron dalam orbital anti-ikatan)
Orde ikatan untuk O2 = ½ (6 – 2) = 2.
Orde ikatan untuk O2 = ½ ( Σ elektron dalam orbital ikatan – Σ elektron dalam orbital anti-ikatan)
Orde ikatan untuk O2 = ½ (6 – 2) = 2.
|
Diagram
Orbital Molekul O2–
|
Orde
ikatan untuk O2– = ½ (6 – 3) = 1,5.
|
Diagram
Orbital Molekul O2–2
|
Orde
ikatan untuk O2–2 = ½ (6 – 4) = 1.
Untuk menjawab soal-soal berupa pilihan berganda (mutiple choice question) diperlukan trik sehingga lebih cepat menjawab pertanyaan yang biasanya menyediakan 4 hingga 5 opsi.
Misal seperti soal berikut:
Ion yang memiliki orde ikatan paling kecil adalah...
A. N2+
B. O2+
C. N2–
D. O2–
E. F2–
Untuk menjawab soal tadi gunakan grafik berikut. Tidak perlu dihafal semua cukup diingat poin skalanya saja, sehingga pada saat menghadapi ujian tinggal dibuat diagram sederhana seperti di bawah ini :) Puncak pertama 2 elektron dan puncak kedua 6 elektron dengan orde 1, puncak ketiga 14 elektron dengan orde 3. buat skala untuk orde ikatan 0,5.
Cara penggunaan:
Hitung jumlah elektron pada molekul, lihat pada sumbu jumlah elektron kemudian ekstrapolasi ke sumbu orde ikatan.
N2+
nomor atom N = 7, 2 atom N = 2 x 7 = 14 – 1 (elektron lepas hingga bermuatan +) = 13, jadi ordenya adalah 2,5
O2+
Nomor atom O = 8, 2 atom N = 2 x 8 = 16 – 1 (elektron lepas hingga bermuatan +) = 15, jadi ordenya adalah 2,5
N2–
Nomor atom N = 7, 2 atom N = 2 x 7 = 14 + 1 (elektron lepas hingga bermuatan +) = 15, jadi ordenya adalah 2,5
O2–
Nomor atom O = 8, 2 atom N = 2 x 8 = 16 + 1 (elektron lepas hingga bermuatan +) = 17, jadi ordenya adalah 1,5
F2–
Nomor atom F = 9, 2 atom F = 2 x 9 = 18 + 1 (menerima elektron sehingga bermuatan –) = 19, jadi ordenya adalah 0,5
Jadi orde ikatan paling kecil dimiliki oleh F2–.
Cara lain lagi namun hasil sama dan akurat tanpa
menggunakan diagram adalah sebagai berikut:
Molekul atau ion yang memiliki total jumlah elektron rentang 8 sampai 14 orde ikatannya dapat diselesaikan dengan cara mengurangi total jumlah elektron dengan 8 dan membagi hasilnya dengan angka 2.
Contoh:
N2+ ⇒ Total jumlah elektron = 13, ⇒ 13 – 8 = 5, ⇒ 5
Molekul atau ion yang memiliki total jumlah elektron rentang 15 sampai 20 orde ikatannya dapat diselesaikan dengan cara menghitung selisih antara total jumlah elektron dengan 20 dan membagi hasilnya dengan angka 2.
Contoh:
F2– ⇒ Total jumlah elektron = 19, ⇒ 20 – 19 = 1, ⇒ 1
Molekul atau ion yang memiliki total jumlah elektron rentang 8 sampai 14 orde ikatannya dapat diselesaikan dengan cara mengurangi total jumlah elektron dengan 8 dan membagi hasilnya dengan angka 2.
Contoh:
N2+ ⇒ Total jumlah elektron = 13, ⇒ 13 – 8 = 5, ⇒ 5
/
2 = 2,5Molekul atau ion yang memiliki total jumlah elektron rentang 15 sampai 20 orde ikatannya dapat diselesaikan dengan cara menghitung selisih antara total jumlah elektron dengan 20 dan membagi hasilnya dengan angka 2.
Contoh:
F2– ⇒ Total jumlah elektron = 19, ⇒ 20 – 19 = 1, ⇒ 1
/
2 = 0,5
Orde ikatan untuk ion sisa asam yang mengandung
oksigen dihitung menggunakan cara berikut:
Orde ikatan = [(2 x jumlah O) – muatan] / jumlah O
NO3– ⇒ [(2 x 3) – 1] / 3 = 1,66
ClO4– ⇒ [(2 x 4) – 1] / 4 = 1,75
SO4–2 ⇒ [(2 x 4) – 2] / 4 = 1,50
NO2– ⇒ [(2 x 2) – 1] / 2 = 1,50
PO4–3 ⇒ [(2 x 4) – 3] / 4 = 1,25
Orde ikatan = [(2 x jumlah O) – muatan] / jumlah O
NO3– ⇒ [(2 x 3) – 1] / 3 = 1,66
ClO4– ⇒ [(2 x 4) – 1] / 4 = 1,75
SO4–2 ⇒ [(2 x 4) – 2] / 4 = 1,50
NO2– ⇒ [(2 x 2) – 1] / 2 = 1,50
PO4–3 ⇒ [(2 x 4) – 3] / 4 = 1,25
Selain cara tadi untuk menentukan orde ikatan dapat
juga dengan menggambar struktur Lewis terlebih dahulu untuk tiap molekul atau
ion kemudian orde ikatan dihitung dengan cara:
Orde ikatan = jumlah ikatan antaratom dibagi dengan jumlah atom yang ada disekitar atom pusat.
Contoh CO2
Orde ikatan = jumlah ikatan antaratom dibagi dengan jumlah atom yang ada disekitar atom pusat.
Contoh CO2
O=C=O
Orde ikatan = 4 / 2 = 2
Orde ikatan = 4 / 2 = 2
Manfaat yang dapat diambil dengan mengetahui orde
ikatan antara lain:
- Orde ikatan sebanding dengan ukuran stabilitas termal.
- Orde ikatan sebanding dengan besarnya energi disosiasi ikatan.
- Orde ikatan sebanding dengan kekuatan ikatan.
- Orde ikatan sebanding dengan 1/jarak ikatan
- Orde ikatan sebanding dengan 1/reaktifitas
orbital anti ikatan (antibonding jamak orbital)
(kimia, fisika) yang atom atau molekul orbital yang energinya meningkat sebagai
atom penyusunnya dibawa lebih dekat bersama-sama - sehingga menghasilkan gaya
tolak yang menghalangi ikatan
C. ORBITAL HIBRIDA KARBON
Hibridisasi orbital
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Empat orbital sp3.
Tiga orbital sp2.
Dalam kimia, hibridisasi adalah sebuah konsep bersatunya orbital-orbital
atom membentuk orbital hibrid yang baru yang sesuai dengan
penjelasan kualitatif sifat ikatan atom. Konsep orbital-orbital yang
terhibridisasi sangatlah berguna dalam menjelaskan bentuk orbital
molekul dari sebuah molekul. Konsep ini adalah bagian tak terpisahkan dari teori ikatan valensi. Walaupun kadang-kadang
diajarkan bersamaan dengan teori VSEPR, teori ikatan valensi dan hibridisasi
sebenarnya tidak ada hubungannya sama sekali dengan teori VSEPR.[1]Teori hibridisasi dipromosikan oleh kimiawan Linus Pauling[2] dalam menjelaskan struktur molekul seperti metana (CH4). Secara historis, konsep ini dikembangkan untuk sistem-sistem kimia yang sederhana, namun pendekatan ini selanjutnya diaplikasikan lebih luas, dan sekarang ini dianggap sebagai sebuah heuristik yang efektif untuk merasionalkan struktur senyawa organik.
Teori hibridisasi tidaklah sepraktis teori orbital molekul dalam hal perhitungan kuantitatif. Masalah-masalah pada hibridisasi terlihat jelas pada ikatan yang melibatkan orbital d, seperti yang terdapat pada kimia koordinasi dan kimia organologam. Walaupun skema hibridisasi pada logam transisi dapat digunakan, ia umumnya tidak akurat.
Sangatlah penting untuk dicatat bahwa orbital adalah sebuah model representasi dari tingkah laku elektron-elektron dalam molekul. Dalam kasus hibridisasi yang sederhana, pendekatan ini didasarkan pada orbital-orbital atom hidrogen. Orbital-orbital yang terhibridisasikan diasumsikan sebagai gabungan dari orbital-orbital atom yang bertumpang tindih satu sama lainnya dengan proporsi yang bervariasi. Orbital-orbital hidrogen digunakan sebagai dasar skema hibridisasi karena ia adalah salah satu dari sedikit orbital yang persamaan Schrödingernya memiliki penyelesaian analitis yang diketahui. Orbital-orbital ini kemudian diasumsikan terdistorsi sedikit untuk atom-atom yang lebih berat seperti karbon, nitrogen, dan oksigen. Dengan asumsi-asumsi ini, teori hibridisasi barulah dapat diaplikasikan. Perlu dicatat bahwa kita tidak memerlukan hibridisasi untuk menjelaskan molekul, namun untuk molekul-molekul yang terdiri dari karbon, nitrogen, dan oksigen, teori hibridisasi menjadikan penjelasan strukturnya lebih mudah.
Teori hibridisasi sering digunakan dalam kimia organik, biasanya digunakan untuk menjelaskan molekul yang terdiri dari atom C, N, dan O (kadang kala juga P dan S). Penjelasannya dimulai dari bagaimana sebuah ikatan terorganisasikan dalam metana.
Hibrid sp3
Hibridisasi menjelaskan atom-atom yang berikatan dari sudut pandang sebuah atom. Untuk sebuah karbon yang berkoordinasi secara tetrahedal (seperti metana, CH4), maka karbon haruslah memiliki orbital-orbital yang memiliki simetri yang tepat dengan 4 atom hidrogen. Konfigurasi keadaan dasar karbon adalah 1s2 2s2 2px1 2py1 atau lebihTeori ikatan valensi memprediksikan, berdasarkan pada keberadaan dua orbital p yang terisi setengah, bahwa C akan membentuk dua ikatan kovalen, yaitu CH2. Namun, metilena adalah molekul yang sangat reaktif (lihat pula: karbena), sehingga teori ikatan valensi saja tidak cukup untuk menjelaskan keberadaan CH4.
Lebih lanjut lagi, orbital-orbital keadaan dasar tidak bisa digunakan untuk berikatan dalam CH4. Walaupun eksitasi elektron 2s ke orbital 2p secara teori mengizinkan empat ikatan dan sesuai dengan teori ikatan valensi (adalah benar untuk O2), hal ini berarti akan ada beberapa ikatan CH4 yang memiliki energi ikat yang berbeda oleh karena perbedaan aras tumpang tindih orbital. Gagasan ini telah dibuktikan salah secara eksperimen, setiap hidrogen pada CH4 dapat dilepaskan dari karbon dengan energi yang sama.
Proton yang membentuk inti atom hidrogen akan menarik salah satu elektron valensi karbon. Hal ini menyebabkan eksitasi, memindahkan elektron 2s ke orbital 2p. Hal ini meningkatkan pengaruh inti atom terhadap elektron-elektron valensi dengan meningkatkan potensial inti efektif.
Kombinasi gaya-gaya ini membentuk fungsi-fungsi matematika yang baru yang dikenal sebagai orbital hibrid. Dalam kasus atom karbon yang berikatan dengan empat hidrogen, orbital 2s (orbital inti hampir tidak pernah terlibat dalam ikatan) "bergabung" dengan tiga orbital 2p membentuk hibrid sp3 (dibaca s-p-tiga) menjadi
Pada CH4, empat orbital hibrid sp3 bertumpang tindih dengan orbital 1s hidrogen, menghasilkan empat ikatan sigma. Empat ikatan ini memiliki panjang dan kuat ikat yang sama, sehingga sesuai dengan pengamatan.
sama dengan
Sebuah pandangan alternatifnya adalah dengan memandang karbon sebagai anion C4−. Dalam kasus ini, semua orbital karbon terisi:
Jika kita menrekombinasi orbital-orbital ini dengan orbital-s 4 hidrogen (4 proton, H+) dan mengijinkan pemisahan maksimum antara 4 hidrogen (yakni tetrahedal), maka kita bisa melihat bahwa pada setiap orientasi orbital-orbital p, sebuah hidrogen tunggal akan bertumpang tindih sebesar 25% dengan orbital-s C dan 75% dengan tiga orbital-p C. HaL ini sama dengan persentase relatif antara s dan p dari orbital hibrid sp3 (25% s dan 75% p).
Menurut teori hibridisasi orbital, elektron-elektron valensi metana seharusnya memiliki tingkat energi yang sama, namun spektrum fotoelekronnya [3] menunjukkan bahwa terdapat dua pita, satu pada 12,7 eV (satu pasangan elektron) dan saty pada 23 eV (tiga pasangan elektron). Ketidakkonsistenan ini dapat dijelaskan apabila kita menganggap adanya penggabungan orbital tambahan yang terjadi ketika orbital-orbital sp3 bergabung dengan 4 orbital hidrogen.
Hibrid sp2
Senyawa karbon ataupun molekul lainnya dapat dijelaskan seperti yang dijelaskan pada metana. Misalnya etilena (C2H4) yang memiliki ikatan rangkap dua di antara karbon-karbonnya. Struktur Kekule metilena akan tampak seperti:
Ethene Lewis Structure. Each C bonded to two
hydrogens and one double bond between them.
Karbon akan melakukan hibridisasi sp2 karena
orbtial-orbital hibrid hanya akan membentuk ikatan sigma dan satu ikatan pi
seperti yang disyaratkan untuk ikatan
rangkap dua di antara karbon-karbon. Ikatan hidrogen-karbon memiliki panjang
dan kuat ikat yang sama. Hal ini sesuai dengan data percobaan.Dalam hibridisasi sp2, orbital 2s hanya bergabung dengan dua orbital 2p:
membentuk 3 orbital sp2 dengan satu orbital p tersisa. Dalam etilena, dua atom karbon membentuk sebuah ikatan sigma dengan bertumpang tindih dengan dua orbital sp2 karbon lainnya dan setiap karbon membentuk dua ikatan kovalen dengan hidrogen dengan tumpang tindih s-sp2 yang bersudut 120°. Ikatan pi antara atom karbon tegak lurus dengan bidang molekul dan dibentuk oleh tumpang tindih 2p-2p (namun, ikatan pi boleh terjadi maupun tidak).
Jumlah huruf p tidaklah seperlunya terbatas pada bilangan bulat, yakni hibridisasi seperti sp2.5 juga dapat terjadi. Dalam kasus ini, geometri orbital terdistorsi dari yang seharusnya. Sebagai contoh, seperti yang dinyatakan dalam kaidah Bent, sebuah ikatan cenderung untuk memiliki huruf-p yang lebih banyak ketika ditujukan ke substituen yang lebih elektronegatif.
Hibrid sp
Ikatan kimia dalam senyawa seperti alkuna dengan ikatan rangkap tiga dijelaskan dengan hibridisasi sp.Dalam model ini, orbital 2s hanya bergabung dengan satu orbital-p, menghasilkan dua orbital sp dan menyisakan dua orbital p. Ikatan kimia dalam asetilena (etuna) terdiri dari tumpang tindih sp-sp antara dua atom karbon membentuk ikatan sigma, dan dua ikatan pi tambahan yang dibentuk oleh tumpang tindih p-p. Setiap karbon juga berikatan dengan hidrogen dengan tumpang tindih s-sp bersudut 180°.
Hibridisasi dan bentuk molekul
Hibridisasi membantuk kita dalam menjelaskan bentuk molekul:
Jenis
molekul
|
Utama
kelompok
|
Logam
transisi[4]
|
AX2
|
|
|
AX3
|
|
|
AX4
|
|
|
AX5
|
-
|
|
AX6
|
-
|
|
Jenis
molekul
|
Utama
kelompok
|
Logam
transisi
|
AX2
|
-
|
Linear
(180°)
|
AX3
|
-
|
Datar
trigonal (120°)
|
AX4
|
-
|
Tetrahedral
(109.5°)
|
Datar
persegi (90°)
|
||
AX5
|
Bipiramida
trigonal (90°, 120°)
|
Bipiramida
trigonal,
Piramida persegi[7] |
AX6
|
Oktahedral
(90°)
|
Oktahedral
(90°)
|
AX7
|
Bipiramida
pentagonal (90°, 72°)
|
Bipiramida
pentagonal,
oktahedral dengan sudut tambahan, Piramida persegi dengan sudut tambahan[8] |
Saya ingin menambahkan bahwa orbital-orbital atom dapat membentuk orbital hibrid yang sangat berguna dalam menjelaskan bentuk orbital molekul dari sebuah molekul.Adapun peranan orbial dalam ikatan kovalen adalah semua ikatan kovalen yang dibentuk oleh unsur-unsur dalam tabel periodik dapat dijelaskan dengan orbital hibrid.Sistem konjugasi juga terjadi dalam senyawa organik yang atom-atomnya secara kovalen berikatan tunggal dan ganda secara bergantian dan mempengaruhi satu sama lainnya sehingga membentuk orbital.
BalasHapusTerimakasih.
Terimakasih atas penambahannya saudari ester
HapusSaya ingin bertanya seperti apa contoh dari ikatan bonding dan anti bonding?
BalasHapusSebelumnya blog yang saya tulis diatas telah dijelaskan contoh ikatan bonding dan anti bonding anda silahkan baca lembali.
BalasHapusBerikut ini contoh diagram orbital molekul untuk O2, O2–, dan O2–2:
Diagram Orbital Molekul O2
Untuk menentukan orde ikatan perhatikan pada orbital 2p saja, karena di sini jumlah elektron dalam orbital molekul σ1s = σ*1s dan jumlah elektron dalam orbital molekul σ2s = σ*2s.
Orde ikatan untuk O2 = ½ ( Σ elektron dalam orbital ikatan – Σ elektron dalam orbital anti-ikatan)
Orde ikatan untuk O2 = ½ (6 – 2) = 2.
Diagram Orbital Molekul O2–
Orde ikatan untuk O2– = ½ (6 – 3) = 1,5.
Diagram Orbital Molekul O2–2
Orde ikatan untuk O2–2 = ½ (6 – 4) = 1.
Untuk menjawab soal-soal berupa pilihan berganda (mutiple choice question) diperlukan trik sehingga lebih cepat menjawab pertanyaan yang biasanya menyediakan 4 hingga 5 opsi.
Misal seperti soal berikut:
Ion yang memiliki orde ikatan paling kecil adalah...
A. N2+
B. O2+
C. N2–
D. O2–
E. F2–
Untuk menjawab soal tadi gunakan grafik berikut. Tidak perlu dihafal semua cukup diingat poin skalanya saja, sehingga pada saat menghadapi ujian tinggal dibuat diagram sederhana seperti di bawah ini :) Puncak pertama 2 elektron dan puncak kedua 6 elektron dengan orde 1, puncak ketiga 14 elektron dengan orde 3. buat skala untuk orde ikatan 0,5.
Cara penggunaan:
Hitung jumlah elektron pada molekul, lihat pada sumbu jumlah elektron kemudian ekstrapolasi ke sumbu orde ikatan.
N2+
nomor atom N = 7, 2 atom N = 2 x 7 = 14 – 1 (elektron lepas hingga bermuatan +) = 13, jadi ordenya adalah 2,5
O2+
Nomor atom O = 8, 2 atom N = 2 x 8 = 16 – 1 (elektron lepas hingga bermuatan +) = 15, jadi ordenya adalah 2,5
N2–
Nomor atom N = 7, 2 atom N = 2 x 7 = 14 + 1 (elektron lepas hingga bermuatan +) = 15, jadi ordenya adalah 2,5
O2–
Nomor atom O = 8, 2 atom N = 2 x 8 = 16 + 1 (elektron lepas hingga bermuatan +) = 17, jadi ordenya adalah 1,5
F2–
Nomor atom F = 9, 2 atom F = 2 x 9 = 18 + 1 (menerima elektron sehingga bermuatan –) = 19, jadi ordenya adalah 0,5
Jadi orde ikatan paling kecil dimiliki oleh F2–.
Cara lain lagi namun hasil sama dan akurat tanpa menggunakan diagram adalah sebagai berikut:
Molekul atau ion yang memiliki total jumlah elektron rentang 8 sampai 14 orde ikatannya dapat diselesaikan dengan cara mengurangi total jumlah elektron dengan 8 dan membagi hasilnya dengan angka 2.
Contoh:
N2+ ⇒ Total jumlah elektron = 13, ⇒ 13 – 8 = 5, ⇒ 5/2 = 2,5
Molekul atau ion yang memiliki total jumlah elektron rentang 15 sampai 20 orde ikatannya dapat diselesaikan dengan cara menghitung selisih antara total jumlah elektron dengan 20 dan membagi hasilnya dengan angka 2.
Contoh:
F2– ⇒ Total jumlah elektron = 19, ⇒ 20 – 19 = 1, ⇒ 1/2 = 0,5
Orde ikatan untuk ion sisa asam yang mengandung oksigen dihitung menggunakan cara berikut:
Orde ikatan = [(2 x jumlah O) – muatan] / jumlah O
NO3– ⇒ [(2 x 3) – 1] / 3 = 1,66
ClO4– ⇒ [(2 x 4) – 1] / 4 = 1,75
SO4–2 ⇒ [(2 x 4) – 2] / 4 = 1,50
NO2– ⇒ [(2 x 2) – 1] / 2 = 1,50
PO4–3 ⇒ [(2 x 4) – 3] / 4 = 1,25
Selain cara tadi untuk menentukan orde ikatan dapat juga dengan menggambar struktur Lewis terlebih dahulu untuk tiap molekul atau ion kemudian orde ikatan dihitung dengan cara:
Orde ikatan = jumlah ikatan antaratom dibagi dengan jumlah atom yang ada disekitar atom pusat.
Contoh CO2
O=C=O
Orde ikatan = 4 / 2 = 2
Manfaat yang dapat
Untuk ikatan anti bondingnya
Hapusorbital anti ikatan (antibonding jamak orbital) (kimia, fisika) yang atom atau molekul orbital yang energinya meningkat sebagai atom penyusunnya dibawa lebih dekat bersama-sama - sehingga menghasilkan gaya tolak yang menghalangi ikatan.
Casinos Near Casino - JTM Hub
BalasHapusBest online 울산광역 출장마사지 casinos and sportsbook in 부천 출장안마 California - List of all casinos and sportsbooks near 공주 출장안마 you! Use our links to find casinos 안성 출장안마 with the best odds! 안동 출장마사지