Minggu, 25 September 2016
Isomeri struktur senyawa hidrokarbon dan sistem nomenklatur
Isomeri struktur senyawa hidrokarbon dan sistem nomenklatur
A. SISTEM NOMENKLATUR (TATA NAMA)
Setiap molekul organik dalam penamaan ada 3 bagian yakni Parent, Prefix, dan suffix.
· Parent: rantai karbon terpanjang (rantai induk)
· Prefix: cabang
· Suffix: gugus fungsional (-ana,-ena,-una)
B. ISOMER STRUKTUR
a. Isomer rangka
adalah senyawa-senyawa yang mempunyai rumus molekul sama tetapi kerangkanya berbeda.
Contoh pada alkana, alkena, dan alkuna.
1) Pentana (C5H12).
CH3-CH2– CH2-CH2-CH3 n-pentana
CH3-CH- CH2-CH3 2-metilbuta
Pada alkena dan alkuna, letak ikatan rangkapnya sama tetapi bentuk kerangka bangunnya berbeda
Contoh :
1) Alkuna C6H10
coba beri nama ke empat isomer tersebut
2) Pentena (C5H10)
CH2 = CH-CH2-CH2– CH2-CH3 1-heksena
CH2 = CH-CH-CH2-CH3 3-metil-1-pentena
CH3
CH2 = C-CH2– CH2-CH3 2-metil-1- pentena
|
CH3
b) ISOMER POSISI
Isomer posisi adalah senyawa-senyawa yang memiliki rumus molekul sama tetapi posisi gugus fungsinya berbeda.
Contoh pada alkena dan alkuna.
1) Alkuna dianggap mempunyai gugus fungsi , isomer dimana letak gugus fungsinya berbeda.
Contoh di atas : 1 heksuna berisomer posisi dengan 2-heksuna
4-metil-1-pentuna berisomer posisi 4-metil-2-pentuna
1-heksuna berisomer rangka dengan 4-metil-1-pentuna
2) Heksena (C6H12)
CH2= CH – CH2 – CH2 – CH2 -CH3 1-heksena
CH2– CH= CH2 – CH2 – CH2 -CH3 2-heksena
1-butuna
CH3-C C-CH3 2-butuna
c) ISOMER GEOMETRI
Isomer geometri adalah senyawa-senyawa yang mempunyai rumus molekul sama tetapi struktur ruangnya berbeda.
Contoh pada alkena mempunyai 2 isomer geometri yaitu cis dan trans.
Syarat utama adanya isomer cis-trans adalah adanya ikatan rangkap 2 atom C (C = C), yang tiap-tiap atom C pada ikatan rangkap itu mengikat atom atau gugus atom yang berbeda.
Perhatikan 2 senyawa berikut :
CH2=CH-CH3 bila digambarkan sebagai berikut :
Coba perhatikan C sebelah kiri, atom C tersebut mengikat 2 atom yang sama yaitu atom H, sedang C sebelah kiri mengikat 2 gugus atom berbeda yaitu H dan CH3.
Perhatikan 2- butena CH3-CH=CH-CH3, bila digambarkan sebagai berikut :
C sebelah kiri, atom C tersebut mengikat 2 gugus atom yang berbeda yaitu atom H dan gugus –CH3,begitu juga C sebelah kiri mengikat 2 gugus atom berbeda yaitu H dan CH3. Jadi :
– 1-propena (CH2=CH-CH3) tidak mempunyai isomer cis-trans
Saved
– 2-butena CH3-CH=CH-CH3 mempunyai isomer cis-trans.
C. ISOMER ALKANA
Isomer adalah peristiwa di mana suatu senyawa karbon mempunyai rumus molekul sama tetapi struktur berbeda.
Contoh
Senyawa dengan rumus molekul C4H10mempunyai dua struktur yang berbeda, yaitu:
Atau jika diungkapkan dalam bentuk model molekul
Perbedaan antara senyawa n-butana (baca: normal butana) dengan metil propana adalah pada kerangka rantai karbonnya. Rantai n-butana tidak bercabang, sedangkan metil propana rantainya bercabang pada atom C-2. Perbedaan struktur kedua senyawa tersebut mengakibatkan kedua sifat, di mana titik didih n-butana adalah -0,4oC sedangkan titik didih metil propana adalah -11,6oC.
Semakin banyak jumlah atom karbon penyusun alkana, semakin banyak jumlah isomer alkana -nya.
Tabel: Jumlah isomer alkana dari beberapa senyawa
Jumlah atom C456789101520Rumus molekulC4H10C5H12C6H14C7H16C8H18C9H20C10H22C15H32C20H42Jumlah isomer23591835754.347366.319
Tabel berikut menunjukan perbedaan titik didih dan titik lebur dari isomer senyawa heksana.
Tabel: titik didih dan titik lebur isomer heksana (C6H14)
StrukturNamaTitik didih (oC)Titik lebur (oC)CH3-CH2-CH2– CH2-CH2-CH3n-heksana69-952-metil pentana60-1543-metil pentana63-1182,2-dimetil butana50-982,2-dimetil butana58-1595.
Karena konsep alkana lumayan panjang, jadi saya pisahkan pembahasannya supaya lebih pendek dan fokus terhadap kebutuhan pembaca.
Senin, 19 September 2016
Klasifikasi senyawa organik
A. Rantai Terbuka
Rantai terbuka selanjutnya dapat diklasifikasikan menjadi jenuh ataupun tidak jenuh.
Hidrokarbon Jenuh adalah hidrokarbon yang tidak memiliki ikatan rangkap, seperti Alkana. Rumus umum dari Alkana adalah CnH2n+2.
Hidrokarbon Tidak Jenuh adalah hidrokarbon yang memiliki ikatan rangkap, seperti Alkena (rangkap 2) yang memiliki rumus umum CnH2n dan Alkuna (rangkap 3) yang memiliki rumus umum CnH2n-
B. Rantai Tertutup
Rantai tertutup selanjutnya dapat diklasifikasikan menjadi Alisiklik dan Aromatik.
Hidrokarbon Alisiklik adalah rantai tertutup yang tidak memiliki ikatan rangkap, atau hanya memiliki satu jenis ikatan rangkap. Senyawa alisiklik dapat diklasifikasikan menjadi Sikloalkana (tidak memiliki ikatan rangkap) dengan rumus umum CnH2n. Serta Sikloalkena (rangkap 2) dengan rumus umum CnH2n-2.
Hidrokarbon Aromatik adalah rantai tertutup yang umumnya berbentuk cincin segi enam (terkadang dapat berbentuk segi lima) yang memiliki ikatan tunggal dan rangkap 2 secara selang-seling. Hidrokarbon aromatik dinamakan demikian karena sebagian besar senyawanya memiliki aroma khusus. Hidrokarbon Aromatik sederhana dapat dibagi menjadi Benzena (satu cincin, C6H6), Naftalena (dua cincin, C10H8), Antrasena (tiga cincin, C14H10).
C. Senyawa heterosiklik
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Senyawa heterosiklik
Karakteristik hidrokarbon siklik akan berubah jika terdapat heteroatom di dalamnya, yang dapat hadir dalam bentuk substituen yang menempel di luar cincin (eksosiklik) atau sebagai bagian dalam cincin (endosiklik).Piridina dan furan merupakan contoh heterosiklik aromatik sedangkan piperidinadan tetrahidrofuran merupakan contoh heterosiklik alisiklik.
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Polimer
Papan renang terbuat dari polistirena, salah satu contoh polimer.
Salah satu karakteristik penting karbon adalah siap bergabung membentuk rantai atau jaringan melalui ikatan-ikatan. Proses penggabungan ini dinamakan polimerisasi, sedangkan rantai atau jaringan yang terbentuk disebut polimer. Senyawa awalnya disebut monomer.
Ada 2 kelompok polimer utama yang ada:polimer sintetis dan biopolimer. Polimer sintetis sengaja dibuat dan sering disebut dengan polimer industri.[1] Biopolimer muncul di alam tanpa campur tangan manusia.
C. Senyawa homosiklik
Senyawa-senyawa dimana cincin hanya terdiri dari atom karbon disebut senyawa homosiklik. Senyawa homosiklik atau karbosiklik dibagi lagi menjadi senyawa alisiklik dan senyawa aromatik.
1. Senyawa alisiklik
Sebuah cincin beranggotakan tiga atau lebih atom karbon menyerupai senyawa alifatik seperti dalam senyawa homosiklik disebut senyawa alisiklik. Hidrokarbon alisiklik jenuh memiliki rumus CnH2n. Contoh senyawa alisiklik adalah siklopropana, siklobutana, sikloheksena
2. Senyawa aromatik
Senyawa ini mengandung cincin benzena yaitu sebuah cincin dari enam atom karbon dengan ikatan ganda dan tunggal yang berselang-seling. Disebut senyawa aromatik karena banyak dari mereka yang memiliki bau yang harum.
D. Senyawa heterosiklik
 Artikel utama untuk bagian ini adalah: Senyawa heterosiklik
Karakteristik hidrokarbon siklik akan berubah jika terdapat heteroatom di dalamnya, yang dapat hadir dalam bentuk substituen yang menempel di luar cincin (eksosiklik) atau sebagai bagian dalam cincin (endosiklik).Piridina dan furan merupakan contoh heterosiklik aromatik sedangkan piperidinadan tetrahidrofuran merupakan contoh heterosiklik alisiklik.
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Polimer
Papan renang terbuat dari polistirena, salah satu contoh polimer.
Salah satu karakteristik penting karbon adalah siap bergabung membentuk rantai atau jaringan melalui ikatan-ikatan. Proses penggabungan ini dinamakan polimerisasi, sedangkan rantai atau jaringan yang terbentuk disebut polimer. Senyawa awalnya disebut monomer.
Ada 2 kelompok polimer utama yang ada:polimer sintetis dan biopolimer. Polimer sintetis sengaja dibuat dan sering disebut dengan polimer industri.[1] Biopolimer muncul di alam tanpa campur tangan manusia.
Selasa, 13 September 2016
Orbital dan peranannya dalam Ikatan Kovalen
A.Orbital hibrida dari Nitrogen dan Oksigen
Dalam kimia, hibridisasi adalah sebuah konsep bersatunya
orbital-orbital atom membentuk orbital hibrid yang baru yang sesuai dengan
penjelasan kualitatif sifat ikatan atom. Konsep orbital-orbital yang
terhibridisasi sangatlah berguna dalam menjelaskan bentuk orbital molekul dari
sebuah molekul. Konsep ini adalah bagian tak terpisahkan dari teori ikatan valensi.
Walaupun kadang-kadang diajarkan bersamaan dengan teori VSEPR, teori ikatan
valensi dan hibridisasi sebenarnya tidak ada hubungannya sama sekali dengan
teori VSEPR.
a.Nitrogen memiliki lima elektron valensi di lapisan kedua.
Setelah hibridisasi, akan memiliki tiga setengah penuh orbital sp3 dan dapat
membentuk tiga ikatan.Ikatan kovalen tidak hanya terbentuk dalam senyawa
karbon, tetapi juga dapat dibentuk oleh atom-atrom lain. Semua ikatan kovalen
yang dibentuk oleh unsur-unsur dalam tabel periodik dapat dijelaskan dengan
orbital hibrida. Secara prinsip, pembentukan hibrida sama dengan pada atom
karbon. Sudut ikatan yang terbentuk adalah 107.3 derajat, mendekati sudut
tetrahedral (109.5 derajat). Nitrogen memiliki lima elektron pada kulit
terluarnya.
b.Oksigen
Pada Oksigen,
elektron pada atom ground-state oksigen memiliki konfigurasi elektron
1s2,2s2,2px,2py, dan 2pz dan oksigen merupakan atom divalen.Karna kita dapa
melihat konfigurasi elektronnya, maka dapat diprediksi bahwa oksigen mampu
membentuk dua ikatan sigma karena pada kulit terluarnya terdapat dua elektron
tak berpasangan (2py dan 2pz). Oksigen juga dapat terhibridisasi sp2, yaitu
dengan mempromosikan satu elektronnya ke orbital p.Dalam kondisi ini, oksigen
hanya memiliki satu ikatan sigma, tetapi juga memilki satu ikatan phi
B. Ikatan Rangkap Konjugasi
Ikatan rangkap konjugasi adala
ikatan rangkap selang seling dengan ikatan tunggal atau disebut juga
elektronnya dapat berpindah-pindah (terdelokalisasi).ikatan rangkap keadaan
yang terjadi dalam senyawa tak jenuh yang didalam nya terdapat dua ikatan
tunggal( satu ikatan sigma dan ikatan pi)menghubungkan dua atom. Sistem
konjugasi terjadi dalam senyawa organik yang atom-atomnya secara kovalen
berikatan tunggal dan ganda secara bergantian (C=C-C=C-C) dan mempengaruhi satu
sama lainnya membentuk daerah delokalisasi elektron. Elektron-elektron pada
daerah delokalisasi ini bukanlah milik salah satu atom, melainkan milik
keseluruhan sistem konjugasi ini. Contohnya, fenol (C6H5OH memiliki sistem 6
elektron di atas dan di bawah cincin planarnya sekaligus di sekitar gugus
hidroksil. Pengaturan kembali electron melalui orbital π, terutama dalam system
konjugasi atau senyawa organic yang atom-atomnya secara kovalen berikatan
tunggal dan ganda secara bergantian (C=C-C=C-C) dan mempengaruhi satu sama
lainnya membentuk daerah delokalisasi electron disebut dengan konjugasi.
Elektron-elektron pada daerah delokalisasi ini bukanlah milik salah satu atom,
melainkan milik keseluruhan system konjugasi ini.
C.Benzena dan Resonansi
Resonansi terjadi karena adanya
delokalisasi elektron dari ikatan rangkap ke ikatan tunggal.Hal yang harus
diperhatikan adalah, bahwa lambang resonasi bukan struktur nyata dari suatu
senyawa, tetapi merupakan struktur khayalan. Sedangkan struktur nyatanya
merupakan gabungan dari semua struktur resonansinya. Teori resonansi dapat
menerangkan mengapa benzena sukar diadisi. Sebab, ikatan rangkap dua
karbon-karbon dalam benzena terdelokalisasi dan membentuk semacam cincin yang
kokoh terhadap serangan kimia, sehingga tidak mudah diganggu. Oleh karena
itulah reaksi yang umum pada benzena adalah reaksi substitusi terhadap atom H
tanpa mengganggu cincin karbonnya.Berdasarkan hasil analisis sinar-X maka
diusulkan bahwa ikatan rangkap pada molekul benzena tidak terlokalisasi pada
karbon tertentu melainkan dapat berpindah-pindah (terdelokalisasi). Gejala ini
dinamakan resonansi.Resonansi terjadi
karena adanya delokalisasi elektron dari ikatan rangkap ke ikatan tunggal.
Delokalisasi elektron yang
terjadi pada benzena pada struktur resonansi adalah sebagai berikut:Hal yang
harus diperhatikan adalah, bahwa lambang resonasi bukan struktur nyata dari
suatu senyawa, tetapi merupakan struktur khayalan. Sedangkan struktur nyatanya
merupakan gabungan dari semua struktur resonansinya. Hal ini pun berlaku dalam
struktur resonansi benzena, sehingga benzena lebih sering digambarkan sebagai
berikut:Teori resonansi dapat menerangkan mengapa benzena sukar diadisi. Sebab,
ikatan rangkap dua karbon-karbon dalam benzena terdelokalisasi dan membentuk
semacam cincin yang kokoh terhadap serangan kimia, sehingga tidak mudah
diganggu. Oleh karena itulah reaksi yang umum pada benzena adalah reaksi
substitusi terhadap atom H tanpa mengganggu cincin karbonnya.
Tugas Terstruktur
1.Menurut Louis de
Broglie bahwa electron mempunyai sifat gelombang sekaligus juga partikel.
Jelaskan keteritannya dengan teori mekanika kuantum dan teori orbital molekul?
Jawab:
A. Hipotesis
Louis de broglie
Pada
tahun 1924, Louis de Broglie, menjelaskan bahwa cahaya dapat berada dalam
suasana tertentu yang terdiri dari partikel-partikel, kemungkinan berbentuk
partikel pada suatu waktu, yang memperlihatkan sifat-sifat seperti gelombang
(James E Brady, 1990).
Argumen
de Broglie menghasilkan hal sebagai berikut.
Einstein
: E = mc2
Max
Planck : E = h ·
Hipotesis
de Broglie terbukti benar dengan ditemukannya sifat gelombang dari elektron.
Elektron mempunyai sifat difraksi seperti halnya sinar–X. Sebagai akibat dari
dualisme sifat elektron sebagai materi dan sebagai gelombang, maka lintasan
elektron yang dikemukakan Bohr tidak dapat dibenarkan. Gelombang tidak bergerak
menurut suatu garis, melainkan menyebar pada suatu daerah tertentu.
B. Teori Mekanika Kuantum
Menurut
Heisenberg, metode eksperimen apa saja yang digunakan untuk menentukan posisi
atau momentum suatu partikel kecil dapat menyebabkan perubahan, baik pada
posisi, momentum, atau keduanya. Jika suatu percobaan dirancang untuk
memastikan posisi elektron, maka momentumnya menjadi tidak pasti, sebaliknya
jika percobaan dirancang untuk memastikan momentum atau kecepatan elektron,
maka posisinya menjadi tidak pasti. Untuk mengetahui posisi dan momentum suatu
elektron yang memiliki sifat gelombang, maka pada tahun 1927, Erwin
Schrodinger, mendeskripsikan pada sisi elektron tersebut dengan fungsi
gelombang (wave function) yang memiliki satu nilai pada setiap posisi di dalam
ruang (Oxtoby, Gillis, Nachtrieb). Fungsi gelombang ini dikembangkan dengan
notasi ϕ (psi), yang menunjukkan bentuk dan energi gelombang elektron (James E.
Brady, 1990).
Model
atom mekanika kuantum menerangkan bahwa elektron-elektron dalam atom menempati
suatu ruang atau “awan” yang disebut orbital, yaitu ruang tempat elektron
paling mungkin ditemukan. Beberapa orbital bergabung membentuk kelompok yang
disebut subkulit. Jika orbital kita analogikan sebagai “kamar elektron”, maka
subkulit dapat dipandang sebagai “rumah elektron”. Beberapa subkulit yang
bergabung akan membentuk kulit atau “desa elektron”.
C. Teori
orbital molekul
Sifat
simetri dan energi relatif orbital atom menentukan bagaimana mereka
berinteraksi untuk membentuk orbital molekul. Orbital molekul ini kemudian
diisi dengan elektron tersedia sesuai dengan aturan yang sama yang digunakan
untuk orbital atom, dan energi total elektron dalam orbital molekul
dibandingkan dengan total awal energi elektron dalam orbital atom.
Jika
energi total elektron dalam molekul orbital kurang dari dalam orbital atom,
molekul stabil dibandingkan dengan atom; jika tidak, molekul tidak stabil dan
senyawa tidak terbentuk. Kami akan pertama menggambarkan ikatan (atau kurangnya
itu) di sepuluh pertama molekul diatomik homonuclear dan kemudian memperluas
pengobatan untuk heteronuklir molekul diatomik dan molekul yang memiliki lebih
dari dua atom.
1. Bila
absorpsi sinar UV oleh ikatan rangkap menghasilkan promosi electron keorbital
yang yang berenergi yang lebih tinggi. Transisi electron manakah memerlukan
energy terkecil bila siklo heksena berpindah ketingkat tereksitasi ?
Jawab:
Energi
yang dimiliki sinar UV mampu menyebabkan perpindahan elektron (promosi
elektron) atau yang disebut transisi elektronik. Transisi elektronik dapat
diartikan sebagai perpindahan elektron dari satu orbital ke orbital yang lain.
Disebut transisi elektronik karena elektron yang menempati satu orbital dengan
energi terendah dapat berpindah ke orbital lain yang memiliki energi lebih
tinggi jika menyerap energi, begitupun sebaliknya elektron dapatberpindah dari
orbital yang memiliki energi lebih rendah jika melepaskan energi. Energi yang
diterima atau diserap berupa radiasi elektromagnetik. Pada zat-zat pengabsorbsi
ini berkaitan dengan tiga jenis transisi elektron, yaitu elektron-elektron π,
σ, dan n, yang meliputi molekul atau ion organik dan sejumlah anorganik.
Penyelidikan spektroskopi senyawa-senyawa organik dilakukan pada daerah UV yang
panjang gelombangnya lebih besar dari 185nm. Dan bila 2 orbital atom bergabung
maka salah satu orbital molekul bonding berenergi rendah atau orbital molekul
anti bonding berenergi tinggi dihasilkan. Orbital molekul yang diasosiasikan
dengan ikatan tunggal dalam molekul organik ditandai dengan orbital sigma dan
elektron yang terlibat adalah elektron sigma. Penyerapan sinar tampak atau UV
menyebabkan terjadinya eksitasi molekul dari ground state (energi dasar) ke
tingkat Exited state (energi yang lebih tinggi. Pengabsorbsian sinar UV atau
sinar tampak oleh suatu molekul menghasilkan eksitasi elektron bonding
Orbital dan peranannya dalam ikatan kovalen
A. SIFAT GELOMBANG
1. Refleksi(Pemantulan)
Gelombang
Pemantulan gelombang merupakan peristiwa pembalikan arah rambat gelombang karena membentur suatu medium yang keras. Pemantulan gelombang ada beberapa macam, diantaranya:
a. Pemantulan Gelombang pada Tali
1) Pada pemantulan gelombang tali dengan ujung terikat, gelombang dipantulkan dengan fase berlawanan.
2) Pada pemantulan gelombang tali dengan ujung bebas, gelombang dipantulkan dengan fase sama.
b. Pemantulan Gelombang pada Perinukaan Air Gelombang yang terbentuk pada permukaan air dapat berupa gelombang lurus atau gelombang lingkaran.
2. Refraksi(Pembiasan) Gelombang
Peristiwa refraksi gelombang terjadi apabila gelombang merambat melewati dua medium yang berbeda kerapatannya, kemudian mengalami pembelokan. Secara umum, persamaan pembiasan gelombang dituliskan sebagai berikut.
Pemantulan gelombang merupakan peristiwa pembalikan arah rambat gelombang karena membentur suatu medium yang keras. Pemantulan gelombang ada beberapa macam, diantaranya:
a. Pemantulan Gelombang pada Tali
1) Pada pemantulan gelombang tali dengan ujung terikat, gelombang dipantulkan dengan fase berlawanan.
2) Pada pemantulan gelombang tali dengan ujung bebas, gelombang dipantulkan dengan fase sama.
b. Pemantulan Gelombang pada Perinukaan Air Gelombang yang terbentuk pada permukaan air dapat berupa gelombang lurus atau gelombang lingkaran.
2. Refraksi(Pembiasan) Gelombang
Peristiwa refraksi gelombang terjadi apabila gelombang merambat melewati dua medium yang berbeda kerapatannya, kemudian mengalami pembelokan. Secara umum, persamaan pembiasan gelombang dituliskan sebagai berikut.
3. Difraksi Gelombang
Ketika sebuah gelombang melewati celah sempit yang lebarnya seorde dengan panjang gelombang dari gelombang tersebut, maka gelombang akan mengalami pembelokan. Peristiwa tersebut disebut dengan difraksi gelombang. Bila celah diperlebar, maka difraksi tidak jelas terlihat, akan tetapi bila celah dipersempit maka difraksi gelombang akan tampak jelas. Dalam hal ini celah bertindak sebagai sumber gelombang berupa titik, dan gelombang yang melalui celah dipancarkan berbentuk lingkaran-lingkaran. Setelah melewati celah sempit, gelombang akan merambat membentuk lingkaran-lingkaran dengan celah sempit sebagai pusatnya.
4. Interferensi Gelombang
Interferensi gelombang merupakan peristiwa perpaduan dua gelombang yang koheren(memiliki frekuensi dan beda fase sama). Dari polanya yang terbentuk, interferensi dibedakan menjadi dua, yakni sebagai berikut.
a. Interferensi Destruktif
Interferensi destruktif merupakan interferensi yang saling melemahkan yang terjadi bila dua buah gelombang tersebut berlawanan fase. Pada saat puncak gelombang dari salah satu sumber gelombang bertemu dengan suatu lembah gelombang dari sumber gelombang lain di suatu titik, maka superposisi antara dua gelombang tersebut akan menghasilkan gelombang yang memiliki simpangan sama dengan nol. Pada interferensi destruktif, selisih jarak atau beda lintasan antara jarak sumber pertama ke titik yang ditinjau dengan jarak sumber kedua ke titik yang sama dinyatakan dengan persamaan berikut.
b. Interferensi konstruktif
Interferensi konstruktif merupakan interferensi yang saling menguatkan yang terjadi apabila dua buah gelombang memiliki fase yang sama. Pada saat dua puncak gelombang atau dua lembah gelombang bertemu pada suatu titik, maka superposisi dari dua puncak gelombang atau dua lembah gelombang tersebut akan menghasilkan gelombang yang memiliki amplitudo dua kali amplitudo masing-masing gelombang sumber. Kedudukan titik-titik interferensi konstruktif ditentukan berdasarkan selisih jarak sumber gelombang pertama ke titik yang ditinjau dengan jarak sumber gelombang kedua ke titik yang sama
5. Dispersi(Penguraian) Gelombang
Dispersi merupakan penyebaran bentuk gelombang ketika merambat melalui suatu medium Dispersi tidak dapat terjadi pada gelombang bunyi yang merambat melalui udara atau gelombang cahaya yang merambat melalui vakum.
6. Polarisasi Gelombang
Polarisasi gelombang merupakan peristiwa dimana sebagian arah getar
gelombang terserap. Polarisasi bisa juga didefinisikan sebagai proses
pembatasan gelombang vektor yang membentuk suatu gelombang transversal sehingga
menjadi satu arah.
B. ORBITAL
IKATAN DAN ANTI IKATAN
Trik Menentukan Orde Ikatan
Senin, 07 Desember 2015
Istilah orde ikatan (bonding order) ini
digunakan dalam teori orbital molekul (molecule orbital theory). Menurut
teori orbital molekul bahwa semua elektron dalam tiap atom dalam molekul turut
terlibat dalam pembentukan ikatan dengan mengisi orbital-orbital, yaitu orbital
molekul ikatan (bonding molecule orbital) dan orbital molekul antiikatan
(antibonding molecule orbital). Berbeda dengan teori ikatan valensi
bahwa dalam pembentukan ikatan antaratom hanya elektron valensi saja. Bagaimana
menentukan orde ikatan suatu molekul atau ion?
Biasanya menentukan orde ikatan suatu molekul atau ion menggunakan rumus ½ dari selisih jumlah elektron dalam orbital molekul ikatan dengan jumlah elektron dalam orbital molekul antiikatan (ditandai dengan *). Tentu saja perlu kecermatan untuk menghitung jumlah elektron pada orbital-orbital molekul itu.
Berikut ini contoh diagram orbital molekul untuk O2, O2–, dan O2–2:
Biasanya menentukan orde ikatan suatu molekul atau ion menggunakan rumus ½ dari selisih jumlah elektron dalam orbital molekul ikatan dengan jumlah elektron dalam orbital molekul antiikatan (ditandai dengan *). Tentu saja perlu kecermatan untuk menghitung jumlah elektron pada orbital-orbital molekul itu.
Berikut ini contoh diagram orbital molekul untuk O2, O2–, dan O2–2:
|
Diagram
Orbital Molekul O2
|
Untuk menentukan orde ikatan perhatikan pada orbital
2p saja, karena di sini jumlah elektron dalam orbital molekul σ1s = σ*1s dan
jumlah elektron dalam orbital molekul σ2s = σ*2s.
Orde ikatan untuk O2 = ½ ( Σ elektron dalam orbital ikatan – Σ elektron dalam orbital anti-ikatan)
Orde ikatan untuk O2 = ½ (6 – 2) = 2.
Orde ikatan untuk O2 = ½ ( Σ elektron dalam orbital ikatan – Σ elektron dalam orbital anti-ikatan)
Orde ikatan untuk O2 = ½ (6 – 2) = 2.
|
Diagram
Orbital Molekul O2–
|
Orde
ikatan untuk O2– = ½ (6 – 3) = 1,5.
|
Diagram
Orbital Molekul O2–2
|
Orde
ikatan untuk O2–2 = ½ (6 – 4) = 1.
Untuk menjawab soal-soal berupa pilihan berganda (mutiple choice question) diperlukan trik sehingga lebih cepat menjawab pertanyaan yang biasanya menyediakan 4 hingga 5 opsi.
Misal seperti soal berikut:
Ion yang memiliki orde ikatan paling kecil adalah...
A. N2+
B. O2+
C. N2–
D. O2–
E. F2–
Untuk menjawab soal tadi gunakan grafik berikut. Tidak perlu dihafal semua cukup diingat poin skalanya saja, sehingga pada saat menghadapi ujian tinggal dibuat diagram sederhana seperti di bawah ini :) Puncak pertama 2 elektron dan puncak kedua 6 elektron dengan orde 1, puncak ketiga 14 elektron dengan orde 3. buat skala untuk orde ikatan 0,5.
Cara penggunaan:
Hitung jumlah elektron pada molekul, lihat pada sumbu jumlah elektron kemudian ekstrapolasi ke sumbu orde ikatan.
N2+
nomor atom N = 7, 2 atom N = 2 x 7 = 14 – 1 (elektron lepas hingga bermuatan +) = 13, jadi ordenya adalah 2,5
O2+
Nomor atom O = 8, 2 atom N = 2 x 8 = 16 – 1 (elektron lepas hingga bermuatan +) = 15, jadi ordenya adalah 2,5
N2–
Nomor atom N = 7, 2 atom N = 2 x 7 = 14 + 1 (elektron lepas hingga bermuatan +) = 15, jadi ordenya adalah 2,5
O2–
Nomor atom O = 8, 2 atom N = 2 x 8 = 16 + 1 (elektron lepas hingga bermuatan +) = 17, jadi ordenya adalah 1,5
F2–
Nomor atom F = 9, 2 atom F = 2 x 9 = 18 + 1 (menerima elektron sehingga bermuatan –) = 19, jadi ordenya adalah 0,5
Jadi orde ikatan paling kecil dimiliki oleh F2–.
Cara lain lagi namun hasil sama dan akurat tanpa
menggunakan diagram adalah sebagai berikut:
Molekul atau ion yang memiliki total jumlah elektron rentang 8 sampai 14 orde ikatannya dapat diselesaikan dengan cara mengurangi total jumlah elektron dengan 8 dan membagi hasilnya dengan angka 2.
Contoh:
N2+ ⇒ Total jumlah elektron = 13, ⇒ 13 – 8 = 5, ⇒ 5
Molekul atau ion yang memiliki total jumlah elektron rentang 15 sampai 20 orde ikatannya dapat diselesaikan dengan cara menghitung selisih antara total jumlah elektron dengan 20 dan membagi hasilnya dengan angka 2.
Contoh:
F2– ⇒ Total jumlah elektron = 19, ⇒ 20 – 19 = 1, ⇒ 1
Molekul atau ion yang memiliki total jumlah elektron rentang 8 sampai 14 orde ikatannya dapat diselesaikan dengan cara mengurangi total jumlah elektron dengan 8 dan membagi hasilnya dengan angka 2.
Contoh:
N2+ ⇒ Total jumlah elektron = 13, ⇒ 13 – 8 = 5, ⇒ 5
/
2 = 2,5Molekul atau ion yang memiliki total jumlah elektron rentang 15 sampai 20 orde ikatannya dapat diselesaikan dengan cara menghitung selisih antara total jumlah elektron dengan 20 dan membagi hasilnya dengan angka 2.
Contoh:
F2– ⇒ Total jumlah elektron = 19, ⇒ 20 – 19 = 1, ⇒ 1
/
2 = 0,5
Orde ikatan untuk ion sisa asam yang mengandung
oksigen dihitung menggunakan cara berikut:
Orde ikatan = [(2 x jumlah O) – muatan] / jumlah O
NO3– ⇒ [(2 x 3) – 1] / 3 = 1,66
ClO4– ⇒ [(2 x 4) – 1] / 4 = 1,75
SO4–2 ⇒ [(2 x 4) – 2] / 4 = 1,50
NO2– ⇒ [(2 x 2) – 1] / 2 = 1,50
PO4–3 ⇒ [(2 x 4) – 3] / 4 = 1,25
Orde ikatan = [(2 x jumlah O) – muatan] / jumlah O
NO3– ⇒ [(2 x 3) – 1] / 3 = 1,66
ClO4– ⇒ [(2 x 4) – 1] / 4 = 1,75
SO4–2 ⇒ [(2 x 4) – 2] / 4 = 1,50
NO2– ⇒ [(2 x 2) – 1] / 2 = 1,50
PO4–3 ⇒ [(2 x 4) – 3] / 4 = 1,25
Selain cara tadi untuk menentukan orde ikatan dapat
juga dengan menggambar struktur Lewis terlebih dahulu untuk tiap molekul atau
ion kemudian orde ikatan dihitung dengan cara:
Orde ikatan = jumlah ikatan antaratom dibagi dengan jumlah atom yang ada disekitar atom pusat.
Contoh CO2
Orde ikatan = jumlah ikatan antaratom dibagi dengan jumlah atom yang ada disekitar atom pusat.
Contoh CO2
O=C=O
Orde ikatan = 4 / 2 = 2
Orde ikatan = 4 / 2 = 2
Manfaat yang dapat diambil dengan mengetahui orde
ikatan antara lain:
- Orde ikatan sebanding dengan ukuran stabilitas termal.
- Orde ikatan sebanding dengan besarnya energi disosiasi ikatan.
- Orde ikatan sebanding dengan kekuatan ikatan.
- Orde ikatan sebanding dengan 1/jarak ikatan
- Orde ikatan sebanding dengan 1/reaktifitas
orbital anti ikatan (antibonding jamak orbital)
(kimia, fisika) yang atom atau molekul orbital yang energinya meningkat sebagai
atom penyusunnya dibawa lebih dekat bersama-sama - sehingga menghasilkan gaya
tolak yang menghalangi ikatan
C. ORBITAL HIBRIDA KARBON
Hibridisasi orbital
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Empat orbital sp3.
Tiga orbital sp2.
Dalam kimia, hibridisasi adalah sebuah konsep bersatunya orbital-orbital
atom membentuk orbital hibrid yang baru yang sesuai dengan
penjelasan kualitatif sifat ikatan atom. Konsep orbital-orbital yang
terhibridisasi sangatlah berguna dalam menjelaskan bentuk orbital
molekul dari sebuah molekul. Konsep ini adalah bagian tak terpisahkan dari teori ikatan valensi. Walaupun kadang-kadang
diajarkan bersamaan dengan teori VSEPR, teori ikatan valensi dan hibridisasi
sebenarnya tidak ada hubungannya sama sekali dengan teori VSEPR.[1]Teori hibridisasi dipromosikan oleh kimiawan Linus Pauling[2] dalam menjelaskan struktur molekul seperti metana (CH4). Secara historis, konsep ini dikembangkan untuk sistem-sistem kimia yang sederhana, namun pendekatan ini selanjutnya diaplikasikan lebih luas, dan sekarang ini dianggap sebagai sebuah heuristik yang efektif untuk merasionalkan struktur senyawa organik.
Teori hibridisasi tidaklah sepraktis teori orbital molekul dalam hal perhitungan kuantitatif. Masalah-masalah pada hibridisasi terlihat jelas pada ikatan yang melibatkan orbital d, seperti yang terdapat pada kimia koordinasi dan kimia organologam. Walaupun skema hibridisasi pada logam transisi dapat digunakan, ia umumnya tidak akurat.
Sangatlah penting untuk dicatat bahwa orbital adalah sebuah model representasi dari tingkah laku elektron-elektron dalam molekul. Dalam kasus hibridisasi yang sederhana, pendekatan ini didasarkan pada orbital-orbital atom hidrogen. Orbital-orbital yang terhibridisasikan diasumsikan sebagai gabungan dari orbital-orbital atom yang bertumpang tindih satu sama lainnya dengan proporsi yang bervariasi. Orbital-orbital hidrogen digunakan sebagai dasar skema hibridisasi karena ia adalah salah satu dari sedikit orbital yang persamaan Schrödingernya memiliki penyelesaian analitis yang diketahui. Orbital-orbital ini kemudian diasumsikan terdistorsi sedikit untuk atom-atom yang lebih berat seperti karbon, nitrogen, dan oksigen. Dengan asumsi-asumsi ini, teori hibridisasi barulah dapat diaplikasikan. Perlu dicatat bahwa kita tidak memerlukan hibridisasi untuk menjelaskan molekul, namun untuk molekul-molekul yang terdiri dari karbon, nitrogen, dan oksigen, teori hibridisasi menjadikan penjelasan strukturnya lebih mudah.
Teori hibridisasi sering digunakan dalam kimia organik, biasanya digunakan untuk menjelaskan molekul yang terdiri dari atom C, N, dan O (kadang kala juga P dan S). Penjelasannya dimulai dari bagaimana sebuah ikatan terorganisasikan dalam metana.
Hibrid sp3
Hibridisasi menjelaskan atom-atom yang berikatan dari sudut pandang sebuah atom. Untuk sebuah karbon yang berkoordinasi secara tetrahedal (seperti metana, CH4), maka karbon haruslah memiliki orbital-orbital yang memiliki simetri yang tepat dengan 4 atom hidrogen. Konfigurasi keadaan dasar karbon adalah 1s2 2s2 2px1 2py1 atau lebihTeori ikatan valensi memprediksikan, berdasarkan pada keberadaan dua orbital p yang terisi setengah, bahwa C akan membentuk dua ikatan kovalen, yaitu CH2. Namun, metilena adalah molekul yang sangat reaktif (lihat pula: karbena), sehingga teori ikatan valensi saja tidak cukup untuk menjelaskan keberadaan CH4.
Lebih lanjut lagi, orbital-orbital keadaan dasar tidak bisa digunakan untuk berikatan dalam CH4. Walaupun eksitasi elektron 2s ke orbital 2p secara teori mengizinkan empat ikatan dan sesuai dengan teori ikatan valensi (adalah benar untuk O2), hal ini berarti akan ada beberapa ikatan CH4 yang memiliki energi ikat yang berbeda oleh karena perbedaan aras tumpang tindih orbital. Gagasan ini telah dibuktikan salah secara eksperimen, setiap hidrogen pada CH4 dapat dilepaskan dari karbon dengan energi yang sama.
Proton yang membentuk inti atom hidrogen akan menarik salah satu elektron valensi karbon. Hal ini menyebabkan eksitasi, memindahkan elektron 2s ke orbital 2p. Hal ini meningkatkan pengaruh inti atom terhadap elektron-elektron valensi dengan meningkatkan potensial inti efektif.
Kombinasi gaya-gaya ini membentuk fungsi-fungsi matematika yang baru yang dikenal sebagai orbital hibrid. Dalam kasus atom karbon yang berikatan dengan empat hidrogen, orbital 2s (orbital inti hampir tidak pernah terlibat dalam ikatan) "bergabung" dengan tiga orbital 2p membentuk hibrid sp3 (dibaca s-p-tiga) menjadiC ∗ ↑↓ 1 s ↑ s p 3 ↑ s p 3 ↑ s p 3 ↑ s p 3 {\displaystyle C^{*}\quad {\frac {\uparrow \downarrow }{1s}}\;{\frac {\uparrow \,}{sp^{3}}}\;{\frac {\uparrow \,}{sp^{3}}}{\frac {\uparrow \,}{sp^{3}}}{\frac {\uparrow \,}{sp^{3}}}}
Pada CH4, empat orbital hibrid sp3 bertumpang tindih dengan orbital 1s hidrogen, menghasilkan empat ikatan sigma. Empat ikatan ini memiliki panjang dan kuat ikat yang sama, sehingga sesuai dengan pengamatan.
sama dengan
Sebuah pandangan alternatifnya adalah dengan memandang karbon sebagai anion C4−. Dalam kasus ini, semua orbital karbon terisi:
C 4 − ↑↓ 1 s ↑↓ 2 s ↑↓ 2 p x ↑↓ 2 p y ↑↓ 2 p z {\displaystyle C^{4-}\quad {\frac {\uparrow \downarrow }{1s}}\;{\frac {\uparrow \downarrow }{2s}}\;{\frac {\uparrow \downarrow }{2p_{x}}}{\frac {\uparrow \downarrow }{2p_{y}}}{\frac {\uparrow \downarrow }{2p_{z}}}}
Jika kita menrekombinasi orbital-orbital ini dengan orbital-s 4 hidrogen (4 proton, H+) dan mengijinkan pemisahan maksimum antara 4 hidrogen (yakni tetrahedal), maka kita bisa melihat bahwa pada setiap orientasi orbital-orbital p, sebuah hidrogen tunggal akan bertumpang tindih sebesar 25% dengan orbital-s C dan 75% dengan tiga orbital-p C. HaL ini sama dengan persentase relatif antara s dan p dari orbital hibrid sp3 (25% s dan 75% p).
Menurut teori hibridisasi orbital, elektron-elektron valensi metana seharusnya memiliki tingkat energi yang sama, namun spektrum fotoelekronnya [3] menunjukkan bahwa terdapat dua pita, satu pada 12,7 eV (satu pasangan elektron) dan saty pada 23 eV (tiga pasangan elektron). Ketidakkonsistenan ini dapat dijelaskan apabila kita menganggap adanya penggabungan orbital tambahan yang terjadi ketika orbital-orbital sp3 bergabung dengan 4 orbital hidrogen.
Hibrid sp2
Senyawa karbon ataupun molekul lainnya dapat dijelaskan seperti yang dijelaskan pada metana. Misalnya etilena (C2H4) yang memiliki ikatan rangkap dua di antara karbon-karbonnya. Struktur Kekule metilena akan tampak seperti:
Ethene Lewis Structure. Each C bonded to two
hydrogens and one double bond between them.
Karbon akan melakukan hibridisasi sp2 karena
orbtial-orbital hibrid hanya akan membentuk ikatan sigma dan satu ikatan pi
seperti yang disyaratkan untuk ikatan
rangkap dua di antara karbon-karbon. Ikatan hidrogen-karbon memiliki panjang
dan kuat ikat yang sama. Hal ini sesuai dengan data percobaan.Dalam hibridisasi sp2, orbital 2s hanya bergabung dengan dua orbital 2p:
C ∗ ↑↓ 1 s ↑ s p 2 ↑ s p 2 ↑ s p 2 ↑ p {\displaystyle C^{*}\quad {\frac {\uparrow \downarrow }{1s}}\;{\frac {\uparrow \,}{sp^{2}}}\;{\frac {\uparrow \,}{sp^{2}}}{\frac {\uparrow \,}{sp^{2}}}{\frac {\uparrow \,}{p}}}
membentuk 3 orbital sp2 dengan satu orbital p tersisa. Dalam etilena, dua atom karbon membentuk sebuah ikatan sigma dengan bertumpang tindih dengan dua orbital sp2 karbon lainnya dan setiap karbon membentuk dua ikatan kovalen dengan hidrogen dengan tumpang tindih s-sp2 yang bersudut 120°. Ikatan pi antara atom karbon tegak lurus dengan bidang molekul dan dibentuk oleh tumpang tindih 2p-2p (namun, ikatan pi boleh terjadi maupun tidak).
Jumlah huruf p tidaklah seperlunya terbatas pada bilangan bulat, yakni hibridisasi seperti sp2.5 juga dapat terjadi. Dalam kasus ini, geometri orbital terdistorsi dari yang seharusnya. Sebagai contoh, seperti yang dinyatakan dalam kaidah Bent, sebuah ikatan cenderung untuk memiliki huruf-p yang lebih banyak ketika ditujukan ke substituen yang lebih elektronegatif.
Hibrid sp
Ikatan kimia dalam senyawa seperti alkuna dengan ikatan rangkap tiga dijelaskan dengan hibridisasi sp.C ∗ ↑↓ 1 s ↑ s p ↑ s p ↑ p ↑ p {\displaystyle C^{*}\quad {\frac {\uparrow \downarrow }{1s}}\;{\frac {\uparrow \,}{sp}}\;{\frac {\uparrow \,}{sp}}{\frac {\uparrow \,}{p}}{\frac {\uparrow \,}{p}}}Dalam model ini, orbital 2s hanya bergabung dengan satu orbital-p, menghasilkan dua orbital sp dan menyisakan dua orbital p. Ikatan kimia dalam asetilena (etuna) terdiri dari tumpang tindih sp-sp antara dua atom karbon membentuk ikatan sigma, dan dua ikatan pi tambahan yang dibentuk oleh tumpang tindih p-p. Setiap karbon juga berikatan dengan hidrogen dengan tumpang tindih s-sp bersudut 180°.
Hibridisasi dan bentuk molekul
Hibridisasi membantuk kita dalam menjelaskan bentuk molekul:
Jenis
molekul
|
Utama
kelompok
|
Logam
transisi[4]
|
AX2
|
|
|
AX3
|
|
|
AX4
|
|
|
AX5
|
-
|
|
AX6
|
-
|
|
Jenis
molekul
|
Utama
kelompok
|
Logam
transisi
|
AX2
|
-
|
Linear
(180°)
|
AX3
|
-
|
Datar
trigonal (120°)
|
AX4
|
-
|
Tetrahedral
(109.5°)
|
Datar
persegi (90°)
|
||
AX5
|
Bipiramida
trigonal (90°, 120°)
|
Bipiramida
trigonal,
Piramida persegi[7] |
AX6
|
Oktahedral
(90°)
|
Oktahedral
(90°)
|
AX7
|
Bipiramida
pentagonal (90°, 72°)
|
Bipiramida
pentagonal,
oktahedral dengan sudut tambahan, Piramida persegi dengan sudut tambahan[8] |
Langganan:
Postingan (Atom)